Rabu, 23 Januari 2013

Waspada 10 Dosa Besar

Ustadz Yusuf Mansur mengurutkan 10 dosa besar umat manusia, yaitu:
1. Syirik
2. Meninggalkan shalat
3. Durhaka pada orang tua
4. Zina
5. Rizki haram
6. Mabuk
7. Memutus Silaturrahim
8. Berbohong
9. Kikir
10. Ghibah

Dosa besar ini akan mempengaruhi bagaimana hidup kita. Mari, kita sama-sama merenung. Jika diantara 10 itu ada di dalam diri kita, segera lah bertaubat. Ampunan Allah seluas langit dan bumi.
"Memperbaiki hidup sama halnya dengan menutup loteng yang bocor, apabila hanya mengepel lantai yang basah karena loteng bocor maka sewaktu waktu lantai itu akan basah lagi, karena itu yang terpenting adalah menutup loteng agar lantai tidak basah lagi, begitu juga hidup kita, kesempitan dan kesulitan hidup ini mungkin ada sangkut pautnya dengan dosa yang kita lakukan, jika dosa kita ibaratkan loteng yang bocor tadi maka penutupnya adalah memohon ampunan pada Allah atas dosa tersebut".

Mari simak ceramah ustadz Yusur Mansyur berikut ini yang secara bijak menceritakan kisah yang dapat mengingatkan kita.


Meskipun durasi ceramahnya cukup lama, tapi yakinlah sangat bermanfaat. Introspeksi untuk diriku juga.

Jumat, 18 Januari 2013

Nikmat Memahami

Diawali dengan niat baik dan sedikit rasa lelah melalui hari-hari yang selalu dibayang-bayang menumpuknya dosa. Hari ini aku hanya ingin berbagi sedikit cerita padamu.

Ada satu hal yang membuatku ingin menulis tentang ini, yaitu nikmat memahami. Memahami, ya memahami. Suatu kata yang berasal dari kata dasar paham, klo berdasarkan KBBI, paham itu adalah pengertian, pendapat, haluan, pandangan, pandai, dan mengerti benar tentang sesuatu hal.

Suatu hari aku mendengar obrolan pendek dua orang ketika aku menunggu bis. Pembahasan mereka tentang masalah sedekah, baik mana sedekah pada pengemis atau tidak sedekah sama sekali. Orang pertama berpendapat "kalau kita ngasih nanti mereka nggak mau kerja, malas terus, bakal minta-minta terus". Sementara yang satu lagi berpendapat "kayaknya nggak masalah deh kita ngasih mereka, niat kita kan mau ibadah, mau berbagi". Kurang lebih begitulah obrolan mereka.

Aku sebagai orang yang tidak terlibat dalam obrolan itu, tapi ikut mendengarkan cukup membuatku berfikir tentang pendapat kedua orang tersebut. Pendapat siapa yang salah?. Pendapat siapa yang benar?. Menurutku tak ada yang salah dari keduanya. Keduanya mengemukakan pendapat sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing. Dengan pandangan mereka masing-masing. Mereka berpendapat demikian dengan alasan mereka masing-masing.

Dari pengalamanku hari itu, aku menyimpulkan betapa harus bersyukurnya kita diberi nikmat untuk memahami suatu ilmu. Dan seperti yang kita tau beda pemahaman, beda sudut pandang, tentunya karena beda ilmu yang kita miliki.

Seperti diriku, aku memahami fisika karena aku belajar tentang itu. Mana aku tahu tentang bisnis, karena aku belum pernah mempelajarinya. Dan aku belajar fisika pun belum tentu sepenuhnya kupahami semua ilmunya. Kadang aku begitu cepat memahami, kadang butuh waktu yang lama. Dan satu hal lagi, mungkin saja ilmu fisika yang diajarkan padaku dan temanku, dengan tema yang sama, tapi hasil pemahaman kita berbeda. Nah, bukankah patut kita bersyukur pada nikmat 'memahami' ini. Semoga Allah mengarahkan kita pada pemahaman yang benar dalam menuntut ilmu, baik ilmu agama, ilmu pengetahuan, maupun ilmu 'hidup', ya agar nggak salah 'memahami'.

"Untuk memahami sesuatu butuh ilmu"

Kamis, 10 Januari 2013

Gus Mus: Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana?

 
Countersy of Youtube
"Kau ini bagaimana?
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku sgalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir

Aku harus bagaimana?
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai

Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin plan

Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau slimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku

Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku takwa, khutbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya

Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain

Kau ini bagaimana?
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh aku membangun, aku membangun kau merusakannya
Aku kau suruh aku menabung, aku menabung kau menghabiskannya

Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah

Aku harus bagaimana?
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu'alam bisshawab

Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh memilihmu, kau bilang jangan banyak bicara
Aku bungkam, kau tuduh aku apatis

Aku harus bagaimana?
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja

Kau ini bagaimana?
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku

Kau ini bagaimana?
Atau aku harus bagaimana?"

Gus Mus, 1987

Kamis, 03 Januari 2013

Terkadang...

terkadang . . .
aku tak sanggup berjalan di gelapnya malam
makanya aku butuh cahaya dan penerang

terkadang . . .
aku tak tau kemana arahku berjalan
makanya aku butuh yang mengarahkan

terkadang . . .
aku lupa yang seharusnya kulakukan
makanya aku butuh yang mengingatkan

terkadang . . .
aku khilaf berbuat salah dan dosa
makanya aku butuh yang memaafkan

terkadang . . .
aku lelah dan ingin menyerah
makanya aku butuh yang menyemangatkan

terkadang . . .
aku tak tahu ini apa itu apa
makanya aku butuh yang mengajarkan

terkadang . . .
aku sendiri dan sepi
makanya aku butuh yang menemani

Selasa, 01 Januari 2013

Musim pun berganti

Musim berganti,
Hujan semakin jarang turun
Hari pun semakin cerah
Kulihat dia masih  berduka
Menyimpan luka di hatinya
Tahun pun telah berganti
Tapi ia masih dalam kebingungan
Bingung, hidup apa yang sedang dijalani
Hidup seperti apa yang hendak dituju
Hidup seperti apa yang harus ditempuh
Dia masih layu dan gontai
Dia merasakan apa-apa yang dijalani seolah tak ada arti
Hari ini hidup, bernafas, berjalan, bergerak
Mungkin esok mati tak ada arti
Apakah dia bosan dengan hidupnya?
Bosan menjalani rutinitas yang melulu itu
Bosan bergeming sepi dan sendiri
Bosan dengan celoteh teman yang tak mengerti
Oh, sungguh,, siapa yang paham dengannya
Aku pun mungkin tak paham
Dari sudut mana aku harus menilainya
Salah atau  benar
Sedang sehari-harinya ia tampak tegar
Tapi, hari ini kulihat dia jatuh
Jatuh tergopoh-gopoh
Tiada pegangan untuk berdiri
Dia sakit dan mengerang
Ada apa dengan dirinya?
Apa yang harus aku lakukan?
Sementara aku hanyalah bayangan baginya
Dia menangis, menangis dan menangis
Tangisan yang mengiris hati
Berat sesak desah napasnya
Apakah dia masih tegar?
Atau apakah dia sebegitu rapuh?